Abdul Malik Karim Amrullah
Dalam dunia akademik di negeri kita tercinta ini seringkali kita diributkan dengan dua istilah tersebut diatas yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Yang kuantitatif mengklaim bahwa semua yang berkaitan dengan angka ya pasti berkaitan dengan kuantitatif sedangkan penelitian kualitatif mengklaim pokoknya yang berkaitan dengan penelitian-penelitian sosial yang bersifat analisis sosial dan lain sebagainya ya pastilah itu penelitian kualitatif. Selain itu juga para peneliti kuantitatif seringkali mengklaim bahwa penelitian dengan pendekatan inilah yang betul-betul mendekati kebenaran dan juga seakan-akan mereka menjustifikasi bahwa para peneliti kuantitatif lebih “hebat” logikaberfikirnya dan lain sebagainya, sedangkan para peneliti kualitatif tidak mempunyai logika berfikir yang “hebat”, mereka cenderung banyak mengolah kata-kata, kalimat-kalimat yang semestinya kesimpulannya hanya singkat jadi diolor-olor sehingga kerap kali penelitian kualitatif mesti laporannya panjang lebar dan lain sebagainya.
Obrolan dan perdebatan semacam ini sebenarnya menguras tenaga pikiran kita yang semestinya dari kedua belah pihak tidak usah mengolor-olor perdebatan kusir yang tak ada ujungnya ini.
Sekarang coba kita menelusuri logika berfikir antara keduanya. Kita mulai dari bagaimana proses ilmiah yang terjadi artinya proses kegiatan yang memproduksi ilmu pengetahuan yaitu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta. Jadi manusia akan memperoleh pengetahuan jika dia memulai kegiatannya dengan mengamati fakta terlebih dahulu kemudian dia mulai mengklasifikasi fakta tersebut menjadi kategorisasi-kategorisasi yang dia susun sendiri kemudian ia tarik sebuah pernyataan hukum setelah itu muncullah definisi tentang fakta baru yang dia temukan tadi dengan definisi yang sesuai dengan sifat-sifat fakta tersebut. Fakta-fakta diamati oleh manusia itu sifatnya partikular, karena dia adalah bagian-bagian dari fakta-fakta yang ada di seluruh alam raya ini sedangkan definisi itu sifatnya general, karena dia merupakan justifikasi atau kesimpulan akhir dari kumpulan beberapa fakta yang ada. Logika ini yang kemudian dikenal dengan logika induktif yang pada akhirnya dijadikan sebagai logika dari penelitian kualitatif. Artinya penelitian kualitatif sebenarnya mencari generaliasi dari fakta-fakta partikular teramati dan teranalisis tersebut. Jadi sebenarnya penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memproduksi teori bukan menguji teori. Teori dihasilkan ketika ada penelitian kualitatif.
Sedangkan penelitian kuantitatif sebenarnya hanya menguji teori apakah teori yang dihasilkan oleh peneliti kualitatif itu benar atau tidak sehingga ada asumsi atau bahkan bisa saja hipotesa atau dugaan sementara. Cara pengujiannya sebenarnya sangat sederhana yaitu hanya menguji definisi apakah benar definisi tersebut. Contohnya, definisi tentang manusia.
Manusia adalah makhluk yang berfikir, itu artinya apakah benar seluruh makhluk berfikir adalah manusia. Hal itu bisa disimbolkan dengan (M = M F). M itu artinya manusia, sedangkan MF artinya adalah mahluk berfikir, sedangkan simbol( =) merupakan definisi atau representasi dari kalimat “adalah”. Jadi kalau istilah (Manusia adalah makhluk berfikir) disimbolkan dengan (M=MF), kalau M itu bernilai 1, maka MF harus 1 (M = MF) artinya (1 = 1) tidak boleh (1 = 2), sehingga jika ada definisi manusia adalah makhluk hidup yang berfikir ketika dilakukan pembalikan pernyataan harus sama dengan yang didefinisikan, jadi harusnya “seluruh makhluk berfikir adalah manusia”, jika pernyataan tersebut dibalik lantas malah memperkuat entitas yang didefinisikan tersebut itu berarti definisi tersebut benar sesuai dengan hipotesis sebelumnya.
Logika berfikir semacam ini disebut dengan logika deduktif yaitu cara berfikir dimulai dari sesuatu yang general setelah itu mengurai menjadi sesuatu yang khusus (partikular). Sesuatu yang bersifat general merupakan definisi atau teori yang dilakukan penguraian dengan cara menguji definisi tersebut sehingga definisi tersebut menjadi indikator dari yang didefinisikan. Misalnya definisi tentang manusia adalah makhluk berfikir, maka makhluk berfikir tersebut merupakan indikator dari manusia bukan indikator dari makhluk selain manusia. Logika ini yang kemudian dipakai oleh penelitian kuantitatif.
Fakta-----Induksi------Teori------Deduksi-----Masalah------Pengujian-----Fakta
Logika ini sebenarnya jika kita pahami akan mempermudahkan pembelajar untuk belajar penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Dalam dunia akademik di negeri kita tercinta ini seringkali kita diributkan dengan dua istilah tersebut diatas yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Yang kuantitatif mengklaim bahwa semua yang berkaitan dengan angka ya pasti berkaitan dengan kuantitatif sedangkan penelitian kualitatif mengklaim pokoknya yang berkaitan dengan penelitian-penelitian sosial yang bersifat analisis sosial dan lain sebagainya ya pastilah itu penelitian kualitatif. Selain itu juga para peneliti kuantitatif seringkali mengklaim bahwa penelitian dengan pendekatan inilah yang betul-betul mendekati kebenaran dan juga seakan-akan mereka menjustifikasi bahwa para peneliti kuantitatif lebih “hebat” logikaberfikirnya dan lain sebagainya, sedangkan para peneliti kualitatif tidak mempunyai logika berfikir yang “hebat”, mereka cenderung banyak mengolah kata-kata, kalimat-kalimat yang semestinya kesimpulannya hanya singkat jadi diolor-olor sehingga kerap kali penelitian kualitatif mesti laporannya panjang lebar dan lain sebagainya.
Obrolan dan perdebatan semacam ini sebenarnya menguras tenaga pikiran kita yang semestinya dari kedua belah pihak tidak usah mengolor-olor perdebatan kusir yang tak ada ujungnya ini.
Sekarang coba kita menelusuri logika berfikir antara keduanya. Kita mulai dari bagaimana proses ilmiah yang terjadi artinya proses kegiatan yang memproduksi ilmu pengetahuan yaitu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta. Jadi manusia akan memperoleh pengetahuan jika dia memulai kegiatannya dengan mengamati fakta terlebih dahulu kemudian dia mulai mengklasifikasi fakta tersebut menjadi kategorisasi-kategorisasi yang dia susun sendiri kemudian ia tarik sebuah pernyataan hukum setelah itu muncullah definisi tentang fakta baru yang dia temukan tadi dengan definisi yang sesuai dengan sifat-sifat fakta tersebut. Fakta-fakta diamati oleh manusia itu sifatnya partikular, karena dia adalah bagian-bagian dari fakta-fakta yang ada di seluruh alam raya ini sedangkan definisi itu sifatnya general, karena dia merupakan justifikasi atau kesimpulan akhir dari kumpulan beberapa fakta yang ada. Logika ini yang kemudian dikenal dengan logika induktif yang pada akhirnya dijadikan sebagai logika dari penelitian kualitatif. Artinya penelitian kualitatif sebenarnya mencari generaliasi dari fakta-fakta partikular teramati dan teranalisis tersebut. Jadi sebenarnya penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memproduksi teori bukan menguji teori. Teori dihasilkan ketika ada penelitian kualitatif.
Sedangkan penelitian kuantitatif sebenarnya hanya menguji teori apakah teori yang dihasilkan oleh peneliti kualitatif itu benar atau tidak sehingga ada asumsi atau bahkan bisa saja hipotesa atau dugaan sementara. Cara pengujiannya sebenarnya sangat sederhana yaitu hanya menguji definisi apakah benar definisi tersebut. Contohnya, definisi tentang manusia.
Manusia adalah makhluk yang berfikir, itu artinya apakah benar seluruh makhluk berfikir adalah manusia. Hal itu bisa disimbolkan dengan (M = M F). M itu artinya manusia, sedangkan MF artinya adalah mahluk berfikir, sedangkan simbol( =) merupakan definisi atau representasi dari kalimat “adalah”. Jadi kalau istilah (Manusia adalah makhluk berfikir) disimbolkan dengan (M=MF), kalau M itu bernilai 1, maka MF harus 1 (M = MF) artinya (1 = 1) tidak boleh (1 = 2), sehingga jika ada definisi manusia adalah makhluk hidup yang berfikir ketika dilakukan pembalikan pernyataan harus sama dengan yang didefinisikan, jadi harusnya “seluruh makhluk berfikir adalah manusia”, jika pernyataan tersebut dibalik lantas malah memperkuat entitas yang didefinisikan tersebut itu berarti definisi tersebut benar sesuai dengan hipotesis sebelumnya.
Logika berfikir semacam ini disebut dengan logika deduktif yaitu cara berfikir dimulai dari sesuatu yang general setelah itu mengurai menjadi sesuatu yang khusus (partikular). Sesuatu yang bersifat general merupakan definisi atau teori yang dilakukan penguraian dengan cara menguji definisi tersebut sehingga definisi tersebut menjadi indikator dari yang didefinisikan. Misalnya definisi tentang manusia adalah makhluk berfikir, maka makhluk berfikir tersebut merupakan indikator dari manusia bukan indikator dari makhluk selain manusia. Logika ini yang kemudian dipakai oleh penelitian kuantitatif.
Fakta-----Induksi------Teori------Deduksi-----Masalah------Pengujian-----Fakta
Logika ini sebenarnya jika kita pahami akan mempermudahkan pembelajar untuk belajar penelitian kuantitatif dan kualitatif.