Sabtu, 17 Januari 2009
Keunikan manusia mencari makna kehidupan
Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam menjalani rentetan kehidupannya, dia akan jungkir balik untuk mampu menapaki kehidupannya tahap demi tahap sehingga dia mampu meraih apa yang dia kehendaki, mulai dari bayi yang bisa keluar dari rahim ibu. Diri bayi ini mempunyai ekspektasi agar dia terbebas dari dunia rahim ibu, setelah itu dia berusaha untuk belajar dengan lingkungan yang membentuk dirinya sehingga dia mempunyai pandangan dunia yang sudah barang tentu yang mendominasi pemikirannya adalah lingkungan terdekatnya yang merupakan referensi utamanya dia, sehingga dia mempunyai gaya berpikir, gaya berprilaku yang semodel dengan lingkungannya. keputusan-keputusan yang dia ambil juga hasil dari pembelajarannya dia dengan lingkungan.
Nah, ketika dia masuk dalam lingkungan lain yang masih baru inilah gaya berpikir dan berperilaku yang selama ini dia yakini mulai dia kendurkan meskipun tidak ambrol tetapi dia sudah mempunyai dua referensi yang selalu menghegemoni perilaku dia.
Uniknya lagi, ternyata manusia tercipta untuk mampu beradaptasi dengan lingkungannya. kemampuan beradaptasi ini memiliki beberapa konsekuensi yang mungkin bisa jadi membuyarkan gaya berpikirnya yang selama ini dia anut atau malah sebaliknya dia semakin kuat berpegang teguh pada sistem berpikirnya yang selama ini dia anut. Pudarnya gaya berpikir ini yang disebut sebagai konversi. Faktor-faktor penyebab terjadinya konversi bisa jadi dari hasil pertemanan, komunikasi dengan komunitas lain, atau bisa jadi karena sesuatu yang "tidak nyata".
Fenomena mutakhir, menyatakan bahwa banyak lulusan pesantren yang studi di universitas yang dulunya mereka memiliki kepatuhan yang luar biasa berubah menjadi "liberal", bahkan tak jarang mereka meninggalkan asas-asas yang selama ini mereka anut. Sebaliknya, banyak lulusan sekolah "umum" yang dulunya berperilaku yang biasa, berubah drastis menjadi perilaku yang agamis yang sangat taat pada kepercayaan yang mereka mulai tekuni, mereka mulai menunjukkan simbol-simbol sosialnya sebagai identitas kepatuhan mereka terhadap agama. Nah, jika fenomena ini terjadi secara internal ini yang disebut konversi internal. Kebalikan dari konversi eksternal adalah terjadinya perubahan keyakinan satu dengan yang lainnya, misalnya berpindahnya agama Kristen ke Islam atau sebaliknya.
Penilaian manusia terhadap lingkungan tertentu mengandung makna bahwa dia melakukan proses belajar yang dimulai dengan persepsinya menurut ukuran atau kadar akal yang dia miliki, sehingga meskipun ada beberapa manusia yang sama-sama masuk dalam lingkungan tertentu, maka belum tentu dia memiliki kesamaan pandangan. Kesamaan pandangan akan dibentuk melalui proses pelembagaan seperti agama, sekolah atau yang lain, karena dalam proses pelambagaan tersebut sudah ditata sedemikian rupa aturan-aturan yang pasti sangat mengikat perilaku manusia dan konsekuensinya mereka memiliki perilaku yang sama meskipun perilaku tersebut mungkin hanya sebatas formalitas saja. Beberapa kalangan tidak menyukai proses pelembagaan seperti itu, karena dianggap menyalahi kodrat manusia sebagai manusia yang mampu berpikir secara mandiri sehingga tidak perlu sekolah, dia mampu menemukan makna kebenaran sendiri sehingga tidak perlu agama dan lain sebagainya. Nah, memang agak sulit memaknai manusia itu sendiri. Untuk menjawab kegundahan kita tentang itu semua, maka mungkin yang perlu kita pelajari adalah potensi dasar manusia atau dalam bahasa Islam biasa disebut fitrah.
Fitrah ini merupakan potensi sejati manusia yang dia miliki semenjak dia ditakdirkan menjadi manusia. Pertama manusia memerlukan "keamanan" bisa dilihat ketika terjadi gejala-gejala alam misalnya gempa bumi atau mungkin dalam keadaan terpepet yang lainnya secara spontan dia memerlukan nilai keamanan agar dia selamat dari kejadian-kejadian yang akan menghancurkan eksistensinya. Tampaknya nilai ini sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai manusia yang tidak berdaya. Rasa aman itu akan diperoleh jika manusia merasa bahwa dirinya sudah terlindungi oleh Yang Maha Pelindung. Yang kedua, mungkin manusia tidak ditakdirkan untuk tidak bisa hidup sendiri, dia pasti akan membutuhkan orang lain. Manusia pasti akan menciptakan interdepensi untuk melangsungkan eksistensinya agar dia tidak punah, karenanya proses pengikatan dalam satu wadah diperlukan atau yang mungkin bisa disebut sebagai proses pelembagaan seperti yang dijelaskan diatas.
Persoalannya, ternyata manusia juga makhluk yang ditakdirkan memiliki kecerdasan, kemampuan berpikir yang luar biasa. Dia adalah makhluk yang membutuhkan kebebasan, karena tanpa kebebasan dia akan merasa tidak berhasil dalam hidupnya. Fenomena ini juga disebut sebagai fitrah manusia. Para pemikir pendidikan sebenarnya sudah sangat sadar akan potensi yang satu ini, sehingga mereka berusaha menciptakan proses pelembagaan yang sealami mungkin bagaimana manusia bisa mengembangkan potensinya tanpa ada pemasungan potensinya yang dia miliki sebagai manusia sejati.
Wallahua'lam bi al-Sawab
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar